Kegiatan Literasi yang Mengubah Cara Pandangku Terhadap Buku dan Kehidupan

Kegiatan Literasi yang Mengubah Cara Pandangku Terhadap Buku dan Kehidupan

Pada suatu pagi yang cerah di bulan April, aku berdiri di depan pintu masuk sebuah perpustakaan kecil di komunitas tempatku tinggal. Aroma buku-buku tua menyambutku, dan suara nyaring anak-anak tertawa dari dalam memecah keheningan. Awalnya, aku datang hanya untuk memenuhi tugas sekolah tentang kegiatan literasi. Namun, apa yang terjadi selanjutnya adalah sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar kewajiban akademis.

Menemukan Passion dalam Kegiatan Literasi

Ketika pertama kali bergabung dengan program literasi komunitas, keinginanku sederhana: ingin tahu bagaimana cara orang-orang bisa menghabiskan waktu berjam-jam dengan buku. Aku ingat seorang relawan bernama Ibu Sari, seorang pensiunan guru yang antusias. Dia selalu berkata, “Buku adalah jendela dunia.” Pada saat itu, kalimat itu hanya terasa klise bagiku. Aku tidak mengerti bahwa setiap kali Ibu Sari berbicara tentang kekuatan buku, dia membuka pintu bagi kita untuk menjelajahi kehidupan lain.

Tantangan dimulai ketika aku diminta untuk membaca kepada sekelompok anak-anak di akhir pekan. Awalnya aku ragu—apa yang bisa aku ajarkan kepada mereka? Namun saat aku mulai membacakan cerita-cerita petualangan seru kepada mereka, suasana berubah menjadi menakjubkan. Lihatlah mata mereka bersinar saat mendengar kisah heroik para pahlawan; tiba-tiba saja semua rasa gugupku lenyap digantikan oleh semangat berbagi.

Melampaui Kata-kata: Kekuatan Cerita

Saat program literasi itu berlanjut selama beberapa bulan berikutnya, aku mulai melihat lebih jauh dari sekadar kata-kata di halaman buku. Aku belajar bahwa setiap buku memiliki jiwa—karakter-karakter yang bisa kita ajak berdialog bahkan setelah cerita usai. Suatu sore saat kami menceritakan “Kancil dan Buaya”, seorang anak bernama Budi berkata dengan penuh semangat, “Kancil itu pintar! Dia tidak boleh ditangkap!” Di situlah momen pencerahan bagiku muncul; Budi tidak hanya mendengar cerita—dia terlibat aktif dalam proses berpikir kritis dan memahami moral dari kisah tersebut.

Ada pula pengalaman emosional ketika salah satu anak bercerita tentang kesulitan keluarganya ketika pandemi melanda. Kami semua terdiam sejenak; tidak ada lagi tawa riang khas masa kanak-kanak seolah sirna seketika. Saat itulah ku sadari bahwa kegiatan ini bukan sekadar tentang membaca atau menulis—ini adalah ruang aman untuk berbagi beban hidup melalui kata-kata.

Dari Buku Menuju Kehidupan Sehari-hari

Pengalaman-pengalaman ini membuatku bertanya-tanya bagaimana peran buku dalam kehidupan sehari-hariku sendiri. Sebelum terlibat dalam program ini, aku seringkali melihat buku hanya sebagai alat bantu belajar atau hiburan sesaat sebelum tidur. Namun kini terasa berbeda—aku menyadari bahwa membaca dapat memberikan perspektif baru terhadap banyak hal.

Salah satu pelajaran berharga muncul setelah membaca “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata bersama teman-temanku di perpustakaan tersebut. Ketika selesai membahas tema pendidikan dan perjuangan karakter-karakternya melawan keterbatasan ekonomi demi mendapatkan pendidikan layak, diskusi berkembang menjadi perenungan mendalam mengenai impian hidup masing-masing dari kami.DPA Library bahkan menyediakan banyak sumber daya membantu kami merencanakan langkah-langkah konkret menuju cita-cita kami masing-masing.

Menyambut Perubahan: Menjadi Pembaca Seumur Hidup

Pada akhirnya, pengalaman menjalani kegiatan literasi tersebut telah mengubah cara pandangku terhadap hidup dan pengetahuan secara keseluruhan. Kini buku bukan sekadar koleksi tanpa makna—ia adalah sahabat setia dan guru terbaik sepanjang masa hidupku. Setiap halaman memberi dorongan bagi imajinasi dan pengetahuanku untuk berkembang tanpa batas.

Saat mengenang perjalanan ini hingga sekarang membuatku tersenyum lebar; rasa syukur memenuhi hatiku mengetahui betapa berharganya kegiatan literasi bagi diriku sendiri maupun orang-orang lain di sekitarku hingga hari ini. Melalui interaksi dengan berbagai karakter dalam bacaan serta nyata-nyatanya tantangan kehidupan sehari-hari menjadi mungkin dipahami lebih baik melalui sudut pandang baru yang ditawarkan oleh setiap cerita.

Akhirnya kulewati batas-batas personal menuju sebuah pemahaman universal: inilah kekuatan komunitas bersama-sama menciptakan perubahan positif lewat cinta akan literasi!